Surat Ulu adalah aksara lama yang
dikenal oleh masyarakat adat Rambang. Meski surat ulu sudah tidak lagi
populer di masyarakat adat yang berdomisili di Prabumulih, tapi
dusunlaman mencoba mendokumentasikannya dalam seri belajar surat ulu.
Untuk lebih jelasnya bisa dibuka di rubrik ”indigenous knowledge”.
Aksara surat ulu, memiliki 19 huruf. Teknik membacanya, berbeda dengan teknik membaca dalam aksara latin. Aksara latin bisa menggunakan satu huruf untuk menimbulkan bunyi pada kata yang dimulai dengan huruf vokal, a, i, u, e, dan o. Selain itu, haruslah menggunakan penggabungan dua huruf atau lebih untuk menimbulkan bunyi. Misalnya untuk menuliskan kata ”padi” menggunakan aksara latin, diperlukan empat huruf. Yakni: p, a, d, dan i.
Sedangkan
dengan menggunakan surat ulu hanya memerlukan dua huruf: ”pe” dan ”de”.
Bagaimana kedua huruf ini bisa merangkai bunyi ”pa” dan bunyi ”di”,
adalah dengan memanfaatkan tanda baca. Demikian juga untuk mematikan
bunyi. Misalnya pada kata ”padam”. Padam ditulis dengan dua huruf ”pe”
dan ”de” yang ditutup dengan huruf ”Me” yang dimatikan dengan tanda
baca. Tanda baca itu akan mematikan huruf ”Me” sehingga menimbulkan
bunyi ”M”, seperti jika kita mengeja ”Mmm”.Secara lengkap, tanda baca yang digunakan untuk merangkai kata dengan aksara surat ulu adalah sebagai berikut:
Kejina (dua titik di kanan bawah huruf)Berbunyi: A
Ketileng (titik di kiri bawah huruf)Berbunyi: I
Kebuntut (titik di kanan bawah)
Berbunyi: U
* (?) (satu titik di kiri huruf, dua titik di kanan huruf)Berbunyi: éSeperti bunyi e pada kata Bebek
** (?) (tiga titik –-membentuk segitiga dengan alas di atas—di kanan bawah huruf)Berbunyi: O
Kelawan (titik di kanan atas huruf)Berbunyi: AI
Kemincak (tiga titik di kanan atas huruf)Berbunyi: AK
Kepintal (lingkaran/bulatan di kiri atas huruf)Berbunyi: AL
Ketikam (lingkaran/bulatan di bawah huruf)Berbunyi: AM
Due di pucuk (dua titik di kanan atas huruf)Berbunyi: AN
Kebulat (titik tepat di atas huruf)Berbunyi: AT
* * * (?) (empat titik di kanan bawah huruf)Berbunyi: AU
Ketulang (titik di samping kiri huruf)Berbunyi: NG
Ketulis (koma di kanan atas huruf)Berbunyi: S
Kejunjung (setengah lingkaran hadap atas — huruf U latin — di atas huruf)Berbunyi: AR/URKetulap (setengah lingkaran hadap atas– huruf U latin, di kiri bawah huruf)Berbunyi: AP
Selain tanda-tanda baca tersebut, aksara surat ulu juga memiliki 8 hurup pengimbang (buah ngimbang). Buah ngimbang digunakan untuk mengatasi kesulitan pembacaan jika huruf E bertemu dengan huruf mati. Kedelapan buah ngimbang tersebut adalah: engke, engge, ente, ende, empe, embe, enje, ence.
Contoh penggunaan buah ngimbang:Engke, pada kata: t-engka-dak, b-engka-rung, t-engka-yap, t-engku-rup, s-engke-lat, t-engku-lok.Engge, pada kata: enggut, s-ing-ge, engganEnte, pada kata: s-ente, m-ente-ri, t-enta-du.Ende, pada kata: endung, endai, pendopo.Empe, pada kata: empat, k-empang, empai, t-empu-yak.Embe, pada kata: s-embi-lan, k-ambang, s-ambil, s-emba-yang.Enje, pada kata: ng-enjok, m-enja-ngan, b-injo-l.Ence, pada kata: p-encak, k-ance, p-enca-rian.
Jadi ini bukan bahasa blien atau mahluk asing tapi aksara kuno surat ulu masyarakat Prabumulih sumatera selatan
Sumber : Internet.
Aksara surat ulu, memiliki 19 huruf. Teknik membacanya, berbeda dengan teknik membaca dalam aksara latin. Aksara latin bisa menggunakan satu huruf untuk menimbulkan bunyi pada kata yang dimulai dengan huruf vokal, a, i, u, e, dan o. Selain itu, haruslah menggunakan penggabungan dua huruf atau lebih untuk menimbulkan bunyi. Misalnya untuk menuliskan kata ”padi” menggunakan aksara latin, diperlukan empat huruf. Yakni: p, a, d, dan i.
Kejina (dua titik di kanan bawah huruf)Berbunyi: A
Ketileng (titik di kiri bawah huruf)Berbunyi: I
Kebuntut (titik di kanan bawah)
Berbunyi: U
* (?) (satu titik di kiri huruf, dua titik di kanan huruf)Berbunyi: éSeperti bunyi e pada kata Bebek
** (?) (tiga titik –-membentuk segitiga dengan alas di atas—di kanan bawah huruf)Berbunyi: O
Kelawan (titik di kanan atas huruf)Berbunyi: AI
Kemincak (tiga titik di kanan atas huruf)Berbunyi: AK
Kepintal (lingkaran/bulatan di kiri atas huruf)Berbunyi: AL
Ketikam (lingkaran/bulatan di bawah huruf)Berbunyi: AM
Due di pucuk (dua titik di kanan atas huruf)Berbunyi: AN
Kebulat (titik tepat di atas huruf)Berbunyi: AT
* * * (?) (empat titik di kanan bawah huruf)Berbunyi: AU
Ketulang (titik di samping kiri huruf)Berbunyi: NG
Ketulis (koma di kanan atas huruf)Berbunyi: S
Kejunjung (setengah lingkaran hadap atas — huruf U latin — di atas huruf)Berbunyi: AR/URKetulap (setengah lingkaran hadap atas– huruf U latin, di kiri bawah huruf)Berbunyi: AP
Selain tanda-tanda baca tersebut, aksara surat ulu juga memiliki 8 hurup pengimbang (buah ngimbang). Buah ngimbang digunakan untuk mengatasi kesulitan pembacaan jika huruf E bertemu dengan huruf mati. Kedelapan buah ngimbang tersebut adalah: engke, engge, ente, ende, empe, embe, enje, ence.
Contoh penggunaan buah ngimbang:Engke, pada kata: t-engka-dak, b-engka-rung, t-engka-yap, t-engku-rup, s-engke-lat, t-engku-lok.Engge, pada kata: enggut, s-ing-ge, engganEnte, pada kata: s-ente, m-ente-ri, t-enta-du.Ende, pada kata: endung, endai, pendopo.Empe, pada kata: empat, k-empang, empai, t-empu-yak.Embe, pada kata: s-embi-lan, k-ambang, s-ambil, s-emba-yang.Enje, pada kata: ng-enjok, m-enja-ngan, b-injo-l.Ence, pada kata: p-encak, k-ance, p-enca-rian.
Jadi ini bukan bahasa blien atau mahluk asing tapi aksara kuno surat ulu masyarakat Prabumulih sumatera selatan
Sumber : Internet.
Tag :
Sejarah,